𝐒𝐞𝐫𝐢𝐚𝐥: 𝐀𝐃𝐀𝐁 𝐁𝐄𝐑𝐓𝐄𝐌𝐀𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐁𝐄𝐑𝐔𝐊𝐇𝐔𝐖𝐖𝐀𝐇
Oleh: Irsyad Syafar
𝟔. 𝐒𝐄𝐓𝐈𝐀 𝐃𝐀𝐍 𝐓𝐄𝐏𝐀𝐓𝐈 𝐉𝐀𝐍𝐉𝐈
𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐛𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧
Berteman yang baik dan berukhuwwah yang benar itu harus setia. Setia disini bukan yang dipahami oleh sepasang kekasih, yaitu tidak boleh pindah ke lain hati. Kalau itu artinya kita hanya boleh berteman kepada satu orang saja, dan tidak boleh lagi mencari teman lain. Itu setia yang sangat sempit dan sangat duniawi. Sementara dalam Islam kita dianjurkan memiliki banyak teman dan ikhwah.
Setia disini adalah yang dari bahasa arab wafa' yang mengadung arti tidak berkhianat, senantiasa menjaga hubungan baik, tidak ingkar janji dan tetap mengenang kebaikan teman yang selama ini ada. Bahkan setelah teman itu tiada, hubungan baik tetap terjaga dengan keluarga atau keturunannya.
Teman yang setia ini di dalam Al Quran diibaratkan dengan beberapa istilah. Diantaranya dengan istilah waliyyun hamim, sebagaimana firman Allah Swt:
وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ. (فصلت: 34).
Artinya: "Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik. Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan, seolah-olah dia adalah teman yang sangat setia." (QS Fushshilat: 34).
Di dalam surat Asy Syu'ara Allah Swt menyebutkan adanya kebutuhan kita kepada teman yang setia, yang senantiasa mengingatkan kita kepada Allah Swt dan berbagai kebaikan. Teman setia itu diistilahkan dengan shadiiqun hamim. Hal ini agar kita tidak tersesat selama di dunia dan akhirnya tidak mendapat syafa'at Rasulullah Saw di hari akhir nanti. Tertulis dalam firman Allah Swt, yang berbunyi:
وَمَا أَضَلَّنَا إِلَّا الْمُجْرِمُونَ. فَمَا لَنَا مِنْ شَافِعِينَ. وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٍ. (الشعراء: 99-101).
Artinya: "Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa. Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa'at seorangpun, dan tidak pula mempunyai teman yang akrab." (QS Asy Syu'ara: 99-101).
Dalam ayat lain Allah Swt mengistilahkan teman setia itu dengan walijah. Walijah merupakan teman yang memiliki peran penting dalam kehidupan pribadi kita. Dan untuk hal ini, Allah Swt melarang kita untuk mempercayakan segala urusan kita kepada orang kafir. Hal ini tertulis dalam firmanNya:
أَمْ حَسِبْتُمْ أَن تُتْرَكُواْ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللّهُ الَّذِينَ جَاهَدُواْ مِنكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُواْ مِن دُونِ اللّهِ وَلاَ رَسُولِهِ وَلاَ الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً وَاللّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ. (التوبة: 16).
Artinya: "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan, sedang Allah belum mengetahui (dalam kenyataan) orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil menjadi teman yang setia selain Allah, rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS at-Taubah: 16).
Ada juga istilah lain dari teman setia itu dalam Al Quran yaitu bithanah atau teman kepercayaan. Sebagaimana dalam firmanNya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ بِطَانَةً مِّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدُّواْ مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاء مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ. (آل عمران: 118).
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya." (QS Ali Imran: 118).
𝐓𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐬𝐞𝐥𝐞𝐯𝐞𝐥 𝐤𝐞𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡
Allah Swt menggunakan istilah tertinggi dari teman setia itu dengan Khalil. Khalil adalah tipe teman yang selalu mendukung semua urusan kita untuk di dunia, yang mengharapkan akhirat. Ia sangat dekat, dan menjadikan teman-teman sekelilingnya bahagia. Apabila dia tidak hadir, akan selalu dirindukan . Berikut firman Allah Swt dalam Al Quran menyebutkannya:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِيناً مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لله وَهُوَ مُحْسِنٌ واتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفاً وَاتَّخَذَ اللّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً. (النساء: 125).
Artinya: "Dan Allah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih-Nya." (QS An-Nisa: 125).
Rasulullah Saw juga berharap mengambil teman spesial sebagai kekasih. Akan tetapi Allah telah menjadikan semua sahabatnya menjadi teman dekat dan saudaranya. Rasulullah Saw bersabda:
لَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا لَاتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ خَلِيلًا، وَلَكِنَّهُ أَخِي وَصَاحِبِي، وَقَدِ اتَّخَذَاللهُ ﻷصَاحِبَكُمْ خَلِيلًا. (متفق عليه).
Artinya: "Sekiranya aku diizinkan oleh Allah untuk menjadikan seseorang sebagai khalil (kekasih), niscaya aku jadikan Abu Bakar sebagai khalilku (kekasihku), akan tetapi ia adalah saudara dan sahabatku, sedangkan Allah telah menjadikan sahabat kalian ini (diriku) sebagai khalilnya." (HR. Bukhari, no. 3656 dan Muslim, no. 2383)
𝐒𝐲𝐞𝐭𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐧𝐠𝐤𝐡𝐢𝐚𝐧𝐚𝐭 𝐝𝐚𝐧 𝐦𝐮𝐬𝐮𝐡 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐧𝐲𝐚𝐭𝐚
Kebalikan dari teman yang setia adalah teman yang berkhianat. Perilakunya dihadapan kita bisa jadi baik-baik saja. Malah kadang bermanis-manis lebih manis dari gula. Tapi di belakang kita kerjanya menjelekkan kita atau melakukan hal yang membuat kita binasa atau sengsara. Menggunting dalam lipatan, menikam dari belakang, musuh dalam selimut dan menelikung teman sendiri, semua itu adalah ungkapan dari teman pengkhianat.
Perangai seperti ini sudah diungkapkan oleh Allah Swt di dalam Al Quran ketika menggambarkan penyesalan hamba yang ketika di dunia menjadikan syaitan sebagai teman. Namun tentunya penyesalan di akhirat tidak ada gunanya sama sekali. Karena syaitan itu kerjanya adalah menjerumuskan manusia di dunia sebanyak-banyaknya, agar kelak nanti bersamanya di neraka. Allah Swt berfirman:
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِلْإِنسَانِ خَذُولاً. (الفرقان: 29).
Artinya: "Sesungguhnya Dia telah menyesatkan aku dari peringatan (al-Quran) ketika ia telah datang kepadaku dan adalah syaitan itu teman yang berkhianat kepada manusia." (QS al-Furqan: 29)
Teman seperti syaitan ini benar-benar bentuk teman yang fana. Dimana kita hanya dibutuhkan saat ia butuh, namun saat kita butuh ia tidak datang dan malah menjauh atau menggunjingkan hal-hal buruk tentang kita. Syaitan dan dan yang bersifat mirip dengannya seharusnya tidak dijadikan teman, melainkan dijadikan sebagai musuh. Allah Swt berfirman:
إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟ حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ. (فاطر: 6).
Artinya: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS Fathir: 6).
𝐁𝐢𝐧𝐚𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐚𝐣𝐚 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚
Binatang adalah makhluk Allah yang tidak berakal. Ia hanya diberi oleh Allah nafsu dan insting. Akan tetapi ternyata banyak juga binatang yang bisa dan mampu untuk setia. Ia setia kepada orang atau tuan yang telah berjasa kepadanya, memberinya makanan, perhatian, kasih sayang. Sehingga kemudian binatang ini tidak pernah lupa akan jasa tuannya, tidak mau menyakiti tuannya, bahkan kadang sampai bisa membela dan melindungi tuannya.
Sudah banyak berita dan video kita saksikan bahwa ternyata binatang-binatang buas sekalipun, semisal singa, harimau, beruang dan lain-lain, ternyata sangat setia kepada orang yang pernah merawat dan memeliharanya. Walaupun binatang tersebut telah dilepas kembali ke hutan tempat habitatnya, namun ketika "mantan" tuannya mampir ke hutan tersebut, ternyata ia tidak menyakitinya. Bahkan melepas rindu bagaikan manusia yang telah lama tidak berjumpa.
Dalam literatur Islam dan Arab, kesetiaan anjing sudah lama dikenal. Sehingga kadang kesetiaan itu dilambangkan dengan anjing. Bila ada seseorang yang sangat setia, maka akan dikatakan "fulan itu sangat setia bagaikan anjing". Di dalam Al Quran Allah Swt mengabadikan anjing Ashabul Kahfi yang setia mendampingi mereka selama bersembunyi di dalam gua, menjaga mereka di depan mulut gua. Allah Swt berfirman:
وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ ۚ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ ٱلْيَمِينِ وَذَاتَ ٱلشِّمَالِ ۖ وَكَلْبُهُم بَٰسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِٱلْوَصِيدِ ۚ لَوِ ٱطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ لَوَلَّيْتَ مِنْهُمْ فِرَارًا وَلَمُلِئْتَ مِنْهُمْ رُعْبًا. (الكهف: 18).
Artinya: "Dan kamu mengira mereka itu bangun, padahal mereka tidur; Dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri, sedang anjing mereka mengunjurkan kedua lengannya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka tentulah kamu akan berpaling dari mereka dengan melarikan diri dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi oleh ketakutan terhadap mereka." (QS Al Kahfi: 18).
Syekh Muhammad bin Al Muzirban seorang ulama hadits di akhir abad ke 3 menuliskan dalam salah satu karyanya: "Fadhlul Kilab 'Alaa katsiirin minman labisa tsiyab" (Keutamaan anjing terhadap kebanyakan yang pakai baju) tentang kisah kesetiaan anjing. Dimana ditemukan seseorang tewas di sebuah kebun. Rupanya orang ini telah mencuri kambing pemilik kebun tersebut. Sehingga anjing pemilik kabun tersebut menyerangnya sampai tewas. Pernah juga Umar bin Khattab bertanya kepada seseorang yang menggiring anjingnya, "Apa itu?" orang tersebut menjawab, "Ini temanku, bila aku beri, ia berterimakasih, bila tidak aku beri, ia bersabar."
Seorang warga jepang bernama Hidesamuro Ueno membawa anjingnya bernama Hachiko ke Tokyo pada tahun 1924. Setiap hari ketika akan berangkat kerja, Hachiko akan berdiri di dekat pintu dan melihatnya pergi. Kemudian pada pukul 4 sore, Hachiko akan tiba di stasiun Shibuya untuk menyambut tuannya pulang bekerja. Setahun kemudian, Ueno meninggal akibat stroke di tempat kerjanya. Namun Hachiko terus kembali ke stasiun kereta setiap pukul 4 sore setiap hari, mencari wajah tuannya di antara penumpang yang keluar dari kereta. Hachiko tetap rutin kembali ke stasiun kereta setiap hari selama 10 tahun sampai ia mati pada tahun 1935.
𝐊𝐞𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐚𝐧 𝐥𝐚𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐤𝐞𝐦𝐮𝐥𝐢𝐚𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐞𝐚𝐠𝐮𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐡𝐥𝐚𝐤 𝐬𝐞𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠
Setia itu adalah menepati janji dan sumpah, menunaikan amanah sebagaimana mestinya, mengakui jasa orang lain dan memelihara cinta yang pernah ada. Imam Asy Syafi'I menyatakan ciri-ciri orang yang merdeka dalam ungkapannya:
الحُرُّ مَنْ رَاعَى وِدَادَ لَحْظَة، وَانْتَمَى لِمَنْ أَفَادَهُ لَفْظَة.
Artinya: "Orang yang merdeka adalah orang yang merawat cinta walaupun sesaat, dan memberikan loyalitas kepada orang yang mengajarinya walaupun hanya satu kalimat."
Bagaimanakah kiranya bila kasih sayang itu dalam waktu yang lama? Bagaimanakah kiranya kalau yang diajarkan itu puluhan halaman dan puluhan buku? Tentunya kesetiaan akan lebih lama dan lebih awet. Dan tidak mungkin bagi orang merdeka akan berkhianat kepada orang yang telah pernah berbagi kebaikannya, ilmunya dan lainnya.
Seorang Heraklius raja Romawi yang tidak muslim, langsung bisa menebak dan bisa kenal dengan Rasulullah Saw bahwa Beliau memang benar-benar seorang Nabi, ketika Abu Sofyan menceritakan tentang figur Muhammad Saw kepadanya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: أَخْبَرَنِي أَبُو سُفْيَانَ، أَنَّ هِرَقْلَ قَالَ لَهُ: سَأَلْتُكَ مَاذَا يَأْمُرُكُمْ؟ - أي النبي صلى الله عليه وسلم - فَزَعَمْتَ: «أَنَّهُ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ، وَالصِّدْقِ، وَالعَفَافِ، وَالوَفَاءِ بِالعَهْدِ، وَأَدَاءِ الأَمَانَةِ»، قَالَ: وَهَذِهِ صِفَةُ نَبِيٍّ. (رواه البخاري).
Artinya: Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Abu Sofyan menceritakan kepadaku, bahwa Heraklius berkata kepadanya, "Aku bertanya kepadamu apa saja yang diperintahkan oleh Nabi tersebut?" Lalu engkau menjawab: "Sesungguhnya dia menyuruhmu shalat, jujur, menjaga kehormatan, setia dengan janji dan menunaikan amanah." Heraklius berkata, "Ini semua adalah sifat seorang Nabi." (HR Bukhari).
Maka kesetiaan dalam berukhuwwah adalah jatidiri dan identitas orang beriman. Wallahu A'laa wa A'lam.
Komentar
Posting Komentar