*Serial: ADAB BERTEMAN DAN BERUKHUWWAH*
Oleh: Irsyad Syafar
*4. BERAKHLAKLAH YANG MULIA*
*Berteman untuk jangka panjang*
Berteman dan berukhuwwah itu adalah untuk kebaikan dan untuk waktu yang lama. Jangan untuk waktu yang singkat hanya karena kita ada kepentingan dan kebutuhan. Maka, semenjak dari awal berteman, harus dimulai dengan cara yang baik. Agar kemudian mendatangkan rasa nyaman dan keserasian. Sebab, manusia secara alami menyukai orang yang berbuat baik dan berperilaku baik kepadanya, dan membenci orang yang berperilaku tidak baik kepadanya.
Oleh karena itu, kesan pertama saat mulai berkenalan atau berjumpa sangat mempengaruhi pertemanan selanjutnya. Bila kesannya positif dan baik, pertemuan-pertemuan selanjutnya akan terasa menyenangkan. Sebaliknya, bila kesan pertamanya kurang baik apalagi menyakitkan, maka selanjutnya akan sulit untuk menjadi dekat dan akrab. Karena itulah Baginda Rasulullah Saw mengajarkan kita agar berwajah ceria dan berseri setiap bertemu teman atau saudara:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ. (رواه مسلم).
Artinya: Dari Abu Dzar, ia berkata: Telah bersabda kepadaku Nabi Saw: "Jangan kamu remehkan kebaikan sedikitpun, walau hanya sekadar bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang berseri-seri." (HR Muslim).
Secara umum orang akan merasa senang dan nyaman bila bertemu dengan orang yang murah senyum atau wajahnya berseri-seri. Dan bila itu suatu yang biasa dan sering terjadi, ditambah pula dengat perilaku baik lainnya seperti ramah, santun, pemurah dan lain-lain, maka otomastis pertemanan dan persaudaraanya menjadi baik dan menyenangkan. Maka akhlak mulia adalah kunci utama untuk keberlangsungan sebuah pertemanan dan ukhuwwah.
*Akhlak mulia lebih dahsyat dari pada harta*
Bila senyuman saja sudah akan memberikan rasa senang dan nyaman, sesungguhnya akhlak mulia jauh lebih dahsyat dari senyuman. Sebab, akhlak mulia itu adalah sesuatu yang lahir dari dalam diri seseorang dan mengalir dalam ekspresi serta tingkah-lakunya. Wajar kemudian Rasulullah Saw menyatakan bahwa akhlak mulia itu mampu menaklukkan hati manusia:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « إِنَّكُمْ لَا تَسَعُوْنَ النَّاسَ بِأَمْوَالِكُمْ وَلَيَسَعُهُمْ مِنْكُمْ بَسْطُ الْوَجْهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». (رواه الحاكم).
Artinya: "Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia." (HR Al Hakim).
Akhlak mulia itu muncul dari kebeningan hati dan buah dari ibadah yang baik. Tidak bisa dibuat-buat apalagi dipaksakan. Dan apa yang datang dari hati, akan juga menembus relung-relung hati. Sedangkan sesuatu yang dibuat-buat pastilah tidak akan bertahan lama, dan sangat cepat akan terasa hambar.
*Beda antara adab dengan akhlak*
Adab agak berbeda dengan Akhlak. Adab adalah kemuliaan yang terdiri dari segala macam sikap-sikap yang baik, perangai yang bagus yang lahir dari suatu proses pendidikan atau pelatihan. Jadi ketika seseorang dilatih semenjak dini dengan beberapa tata-tertib atau perilaku tertentu, maka ia akan bisa dan terbiasa melakukannya. Seperti adab makan dan minum, adab bertamu, adab meminta tolong, adab mengantri, dan lain-lain.
Seperti orang-orang di Jepang yang semenjak sekolah dasar dilatih untuk jujur, amanah, disiplin, bersih dan lain-lain. Maka sampai dewasa mereka dapat menerapkan adab-adab tersebut, dalam kehidupan mereka. Sehingga kemudian menjadi perilaku umum. Dan adab tidak terikat dengan ajaran agama tertentu. Kadang sesuai dengan ajaran Islam, kadang tidak.
Adapun akhlak adalah perilaku mulia yang lahir dari dalam diri seseorang, sebagai hasil dan buah dari ibadah yang benar kepada Allah Swt. Contoh dari akhlak mulia antara lain: Santun, penyabar, setia, tulus, bertanggung-jawab, pemurah, rendah hati (tawadhuk), lemah-lembut dan penyayang. Kebalikan dari sifat-sifat tersebut otomatis adalah akhlak yang tidak bagus lagi tercela. Seperti: berkata kasar, temperamen, berkhianat, pamrih, tidak tanggung-jawab, pelit, sombong, pemarah lagi kejam.
Rasulullah Saw dipuji oleh Allah Swt di dalam Al Quran karena keagungan akhlaknya. Allah berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ. (القلم: 4).
Artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS Al Qalam: 4).
Terkait akhlak Rasulullah Saw yang sangat penyayang dan belas kasihan kepada umatnya, dipuji Allah Swt dalam firmanNya:
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ. (التوبة: 128).
Artinya: "Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS At Taubah: 128).
Terkait akhlak Rasulullah Saw yang sangat pemurah kepada siapa saja, diungkapkan oleh seorang yang baru Islam dan mendapat pemberian dari Rasulullah Saw. Dan secara umum, manusia menyenangi orang yang pemurah. Anas bin Malik meriwayatkan dalam hadits:
ما سُئِلَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ علَى الإسْلَامِ شيئًا إلَّا أَعْطَاهُ، قالَ: فَجَاءَهُ رَجُلٌ فأعْطَاهُ غَنَمًا بيْنَ جَبَلَيْنِ، فَرَجَعَ إلى قَوْمِهِ، فَقالَ: يا قَوْمِ أَسْلِمُوا، فإنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءً لا يَخْشَى الفَاقَةَ. (رواه مسلم)
Artinya: "Tidaklah Rasulullah Saw diminta sesuatu atas Islam, melainkan Beliau akan memberikannya. Seorang lelaki mendatanginya, lalu Beliau memberinya kambing sepenuh antara dua bukit. Lelaki itu kemudian kembali menuju kaumnya, lalu berkata, "Wahai kaumku, masuk Islamlah kalian semua. Sesungguhnya Muhammad itu memberi bagaikan orang yang tidak takut miskin." (HR Muslim).
*Akhlak mulia ciri orang beriman*
Akhlak mulia adalah lambang keimanan. Bila ada orang yang mengaku beriman, maka akhlak-lah pembuktiannya. Belum sempurna iman seseorang bila akhlaknya belum baik. Sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Saw:
أَكْمَلُ المُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. (رواه الترميذي).
Artinya: "Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya." (HR At-Tirmidzi).
Maka, dengan semakin kokoh 'aqidah dan keimanan seseorang, seharusnya semakin baik pulalah akhlaknya. Dengan bertambahnya ilmu dan imannya, bertambah luhur pula akhlaknya. Dan itulah kesempurnaan iman. Adalah aneh jika ada di antara kita yang semakin bertambah ilmu agama Islamnya, tapi akhlaknya tidak semakin baik. Maka waspadalah, mungkin ada yang salah dalam diri kita dalam belajar agama Islam dan dalam mengamalkannya.
Bila seseorang mempelajari ilmu Islam yang begitu luas dan menguasai dalil-dalil yang sangat banyak, akan tetapi perilaku dan sikapnya sering menyakiti saudara sesama muslim. Atau teman dan tetangganya menjadi tidak nyaman dengan akhlaknya, maka justru itu menjadi indikasi bahwa orang tersebut imannya belum baik dan belum sempurna. Rasulullah Saw menyebutkan hal ini dalam haditsnya:
عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ وَاللَّهِ لَا يُؤْمِنُ قِيلَ وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الَّذِي لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ. (رواه البخاري).
Artinya: Dari Abu Syuraih, bahwasannya Nabi Saw telah bersabda: "Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman, Demi Allah tidak beriman." Ada yang bertanya, "Siapa orangnya wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak aman dari keburukannya." (HR Bukhari).
Rasulullah Saw diutus oleh Allah Swt untuk membimbing dan mendidik para sahabat dan umatnya agar menjadi manusia yang beriman dengan akhlak yang mulia. Para sahabat yang dulunya dalam perilaku jahiliyah dan akhlak yang tercela, seperti permusuhan, saling membenci, memakan harta orang lain secara batil dan lain-lain. Lalu Rasulullah Saw mendidik mereka sehingga meninggalkan akhlak jahiliyah menuju akhlak Islamiyah. Beliau Saw bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمِ الْأَخْلَاقِ. (رواه البخاري).
Artinya: "Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang luhur." (HR Bukhari).
*Berakhlak mulia di dunia, posisi mulia di akhirat*
Rasulullah Saw menjanjikan bahwa orang yang paling dekat dengan Beliau kelak di akhirat, adalah orang yang paling bagus akhlaknya, seperti sabdanya:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا. (رواه الترميذي).
Artinya: "Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian." (HR At-Tirmidzi)
Bahkan dengan akhlak yang mulia, seseorang bisa memperoleh kedudukan dan derajat menyamai orang yang rajin berpuasa dan rajin shalat malam. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ. (رواه أبو داود).
Artinya: "Sesungguhnya seorang mukmin bisa meraih derajat orang yang rajin berpuasa dan shalat malam dengan sebab akhlaknya yang luhur." (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Akhlak yang mulia yang dibarengi dengan ketaqwaan kepada Allah Swt adalah penyebab utama dan faktor yang paling besar yang membuat seseorang dimasukkan ke dalam sorga. Hal ini pernah ditanyakan oleh sahabat kepada Rasulullah Saw dalam haditsnya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ. (رواه الترميذي).
Artinya: Dari Abu Hurairah ra dia berkata, Rasulullah Saw ditanya tentang hal yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam sorga, Rasulullah Saw menjawab: "Taqwa kepada Allah dan akhlak yang baik." Dan Beliau ditanya tentang hal yang banyak menyebabkan manusia masuk neraka, Beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan." (HR Tirmidzi).
*Akhlak mulia adalah sarana dakwah yang paling ampuh*
Oleh karena itu, akhlak yang luhur dan mulia termasuk perkara yang ditekankan dalam agama Islam. Dengan akhlak yang mulia inilah, akan tampaklah kesempurnaan dan ketinggian agama Islam itu sendiri. Islam adalah agama yang indah dan sempurna, baik dari sisi 'aqidah, ibadah, adab dan akhlak. Sehingga berbondong-bondong orang tertarik mempelajari Islam, dan kemudian ikut mendukung menjadi muslim serta ikut dalam perjuangan di jalan Allah Swt.
Betapa banyak sahabat Nabi Saw yang dahulunya kafir dan menjadi musuh dakwah yang luar biasa. Namun kemudian mereka masuk Islam karena melihat dan merasakan betapa luhurnya akhlak Rasulullah Saw. Dikalangan Muhajirin, seperti Abu Bakar, Ustman, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Zubeir bin Awwam adalah orang-orang yang masuk Islam paling awal. Sebab, mereka sudah kenal dan merasakan betul kemuliaan akhlak Rasulullah Saw.
Sedangkan di kalangan kaum Anshar, seperti Ubadah bin Shamit, As'ad bin Zurarah, Abu Ayyub Al Anshari, Mu'adz bin Al Harits dan lain-lain. Mereka semua sangat cepat sekali menyatakan masuk Islam dan berjanji setia (berbaiat) kepada Rasulullah Saw pada bai'at Aqabah pertama dan kedua. Salah satu faktornya adalah ketinggian dan keluhuran akhlak Rasulullah.
Bahkan banyak petinggi Quraisy yang mereka masih dalam kekafiran, namun hati nurani mereka sebenarnya mengakui kemuliaan Rasulullah Saw. Hanya kesombongan saja yang menghalangi mereka dapat hidayah. Abu Jahal, Abu Lahab, Walid bin Mughirah, Muth'im bin 'Ady dan lain-lain, mereka semua mengakui bagusnya Akhlak Nabi Saw. Banyak dari kalangan kafir Quraisy yang menitipkan hartanya kepada Rasulullah Saw, karena sifat amanahnya yang terkenal.
Jika kaum muslimin hari ini juga mau berhias dengan akhlak mulia serta menunaikan hak-hak saudaranya yang menjadi kewajibannya, maka itu akan menjadi sarana dakwah yang sangat ampuh, dan merupakan pintu gerbang utama masuknya manusia ke dalam agama Islam ini. Ada pepatah arab menyakan yang artinya: "Perbaiki dirimu, dan dakwahilah orang disekitarmu!" Dan dalam ungkapan yang lain: "Tegakkanlah Islam dalam dirimu, niscaya ia akan tegak di sekitarmu!"
Wallahu A'laa Wa A'lam.
Komentar
Posting Komentar