𝗦𝗲𝗿𝗶𝗮𝗹: 𝗔𝗗𝗔𝗕 𝗕𝗘𝗥𝗧𝗘𝗠𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗡 𝗕𝗘𝗥𝗨𝗞𝗛𝗨𝗪𝗪𝗔𝗛 (19)

𝗦𝗲𝗿𝗶𝗮𝗹: 𝗔𝗗𝗔𝗕 𝗕𝗘𝗥𝗧𝗘𝗠𝗔𝗡 𝗗𝗔𝗡 𝗕𝗘𝗥𝗨𝗞𝗛𝗨𝗪𝗪𝗔𝗛

Oleh: Irsyad Syafar

𝟭𝟵. 𝗦𝗜𝗟𝗔𝗧𝗨𝗥𝗔𝗛𝗜𝗠 𝗗𝗔𝗡 𝗦𝗔𝗟𝗜𝗡𝗚 𝗠𝗘𝗡𝗚𝗨𝗡𝗝𝗨𝗡𝗚𝗜

𝗠𝘂𝗹𝗶𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘀𝗲𝗯𝘂𝗮𝗵 𝘀𝗶𝗹𝗮𝘁𝘂𝗿𝗮𝗵𝗶𝗺

Agama Islam adalah agama kasih saying dan keselamatan. Sehingga ajaran dan tuntunannya berisikan kasih sayang kepada sesama manusia. Tidak ada suatu maslahat manusia berada, kecuali disana syari'at juga akan ikut ada. Sebab, salah satu tujuan utama (Maqashid) syari'at Islam adalah untuk merealisasikan seluas-luasnya kemaslahatan dan menjauhi sebanyak-banyaknya kemudharatan.

Salah satu anjuran syari'at Islam adalah silaturahim. Yaitu menyambung hubungan yang kuat dengan para karib kerabat. Ibadah ini diperintahkan oleh Allah Swt di dalam kitabNya dan melalui RasulNya. Allah Ta'ala memerintahkan untuk menyambung tali silaturahim, dalam firman-Nya:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا. (النساء: 36).

Artinya: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri" (QS. An Nisa: 36).

Dalam ayat ini Allah Swt memerintahkan hamba-hambaNya untuk menyambung tali kekerabatan dan pertetanggaan dengan cara berbuat baik kepada mereka. Secara rinci Allah Swt menyebutkan orang-orang yang harus disilaturrahimi. Diantaranya kedua orang tua, para kerabat, anak-anak yatim, orang miskin, para tetangga dan teman-teman sejawat.

Di dalam berbagai ayat, Allah Swt seringkali memposisikan para kerabat dekat itu sebagai orang selalu berhak untuk mendapatkan kebaikan dan perhatian dari kita. Di saat pembagian harta warisan, seandainya ada kerabat yang hadir dan ia bukanlah bagian dari ahli waris, maka dia tetap diberi sedikit bagian sebagai bentuk kebaikan kepadanya. Begitu juga saaat membayarkan zakat atau sedekah, walaupun mereka bukan yang berhak mendapat zakat, kita tetap berbagi kepada mereka. Allah Swt berfirman:

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا. (الإسراء: 26).

Artinya: "Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros." (QS. Al Isra: 26).

Demikian juga Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, Beliau sangat mendorong umatnya dan memerintahkan untuk menyambung silaturahim. Dan perbuatan tersebut disebutkan sebagai barometer keimanan seseorang. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ. (رواه البخاري).

Artinya: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka sambunglah tali silaturahim. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka katakanlah yang baik atau diam." (HR. Bukhari).

Disamping itu, silaturahim juga menjadi salah satu penyebab seseorang bisa masuk surga Allah Swt. Sebagaimana terdapat dalam hadits Nabi Saw:

أيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلام، وَأَطْعِمُوا الطَّعامَ، وَصِلُوا الْأرْحَام، وَصَلُّوا بِاللَّيلِ وَالنَّاس نِيَامُ, تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلَام. (رواه ابن ماجه والترميذي).

Artinya: "Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah silaturahim, shalatlah pada malam hari ketika orang-orang sedang tidur, kalian akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ibnu Majah, At Tirmidzi).

Dan di dalam hadits yang sangat populer, dikatakan bahwa silaturahim dapat menambah rezki dan memanjangkan umur. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَيُنَسأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلُ رَحِمَهُ. (متفق عليه).

Artinya: "Barangsiapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah tali silaturahmi." (HR. Bukhari – Muslim).

𝗦𝗶𝗹𝗮𝘁𝘂𝗿𝗮𝗵𝗶𝗺 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗮𝘀𝗹𝗶

Walaupun istilah silaturahim sudah familiar dalam bahasa kita sehari-hari, namun kadang sebagian kita juga masih kurang tepat dalam memaknai apa itu silaturrahim. Bila kita baca dan cermati ayat-ayat dan hadits-hadits tentang silaturahim, maka silaturahim itu mengandung makna yang dalam dan juga spesifik.

Silaturahim itu bahasa arab yang terdiri dari dua kata; shilah dan rahim. Shilah artinya menyambung, sedangkan rahim artinya adalah rahim seorang wanita, yang dipakai sebagai konotasi dari kerabat. Jadi maksudnya adalah menyambung hubungan yang kuat dengan orang-orang yang merupakan kerabat kita.

An Nawawi Ketika menjelaskan hadits tentang silaturahim, beliau memberikan penjelasan ap aitu silaturahim:

وَأَمَّا صِلَةُ الرَّحِمِ فَهِيَ الْإِحْسَانُ إِلَى الْأَقَارِبِ عَلَى حَسَبِ حَالِ الْوَاصِلِ وَالْمَوْصُولِ فَتَارَةً تَكُونُ بِالْمَالِ وَتَارَةً بِالْخِدْمَةِ وَتَارَةً بِالزِّيَارَةِ وَالسَّلَامِ وَغَيْرِ ذَلِكَ

Artinya: "Adapun silaturahim, ia adalah berbuat baik kepada karib-kerabat sesuai dengan keadaan orang yang hendak menghubungkan dan keadaan orang yang hendak dihubungkan. Terkadang berupa kebaikan dalam hal harta, terkadang dengan memberi bantuan tenaga, terkadang dengan mengunjunginya, dengan memberi salam, dan cara lainnya." (Syarh Shahih Muslim, 2/201).

Maka silaturahim sasarannya adalah fokus kepada karib kerabat, dan bentuknya sangat luas, tidak sekedar mengunjungi saja. Akan tetapi mencakup berbagai bentuk kebaikan seperti: memberikan bantuan harta, makanan, tenaga, saran dan nasehat serta bentuk kebaikan lainnya. Semua bentuk tersebut masuk dalam makna silaturahim dan juga pahala dan janji balasannya.

Apabila kegiatan atau acara mengunjungi kerabat itu mengandung maksiat atau dosa, maka itu tidak lagi dalam makna silaturahim, dan juga tidak akan memperoleh balasan-balasan pahala yang dijanjikan Allah Swt, seperti masuk surga, panjang umur dan rezki yang luas. Begitu juga pertemuan-pertemuan reuni, kongkow-kongkow kawan sepermainan, dan sejenisnya, itu belumlah sepenuhnya dimaknai sebagai silaturahim. Lebih tepatnya saling berkunjung. Akan tetap bernilai baik kalau agenda dan kegiatannya kebaikan. Dan bernilai negatif bila agendanya bukan kebaikan atau berbau maksiat atau dosa.

𝗕𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮 𝗺𝗲𝗺𝘂𝘁𝘂𝘀 𝘀𝗶𝗹𝗮𝘁𝘂𝗿𝗮𝗵𝗶𝗺

Bila menyambung silaturahim adalah ibadah dan amal shaleh yang sangat dianjurkan dan mulia di sisi Allah Swt, maka memutus silaturahim adalah perbuatan yang tercela. Pelakunya akan menanggung dosa dan mendapatkan balasan setimpal dari Allah Swt. Sebagaimana terdapat di dalam hadits Qudsi shahih, Rasulullah Saw:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ. (رواه أحمد).

Artinya: "Allah 'azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya." (HR. Ahmad 1/194).

Maka orang-orang yang memutus silaturahim akan diputus oleh Allah Saw. Maksudnya diputus dari rahmat dan kasih sayangNya. Dan hukuman lain dari perbuatan ini adalah mempercepat turunnya adzab dari Allah Swt di dunia. Rasulullah Saw bersabda:

مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا - مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الآخِرَةِ - مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ. (رواه أبو داود).

Artinya: "Tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia -bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat- daripada perbuatan zalim dan memutus silaturahmi." (HR Abu Daud).

Memutus silaturahim juga akan berakibat buruk bagi pelakunya. Dimana amal-amalnya tidak akan diterima oleh Allah Swt. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw: 

إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيْسٍ لَيْلة الْجُمْعَةِ فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمِ. (رواه البخاري في أدب المفرد).

Artinya: "Sesungguhnya amal ibadah manusia diperlihatkan setiap hari Kamis malam Jumat. Maka tidak diterima amal ibadah orang yang memutuskan hubungan silaturahmi." (HR. Bukhari di dalam Adabul Mufrad dan Ahmad).

Berdasarkan dalil-dalil tersebut seharusnya kita terus berupa menyambung silaturahim dengan karib-kerabat kita. Jika ada yang paling layak kita jadikan sebagai teman dekat dan ikhwah pilihan, tentunya para karib kerabat adalah salah satu pilihan yang paling utama.

𝗣𝗲𝗻𝘆𝗲𝗯𝗮𝗯 𝗱𝗮𝘁𝗮𝗻𝗴𝗻𝘆𝗮 𝗰𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵

Salah satu bentuk silaturahim yang sangat disukai oleh Allah Swt adalah saling mengunjungi.  Perbuatan ini merupakan bentuk kemuliaan akhlak seorang muslim. Kunjungan ini bukan didasari karena kebutuhan dan keperluan duniawi, melainkan karena rasa cinta kepada saudaranya karena Allah. Bila hal ini dilakukan, akan mendatangkan cinta dari Allah Swt dan kasih sayang dariNya. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

أنَّ رجلًا زارَ أخًا لَهُ في قريةٍ أخرى ، فأرصدَ اللَّهُ لَهُ على مَدرجَتِهِ ملَكًا فلمَّا أتى عليهِ ، قالَ : أينَ تريدُ ؟ قالَ : أريدُ أخًا لي في هذِهِ القريةِ ، قالَ : هل لَكَ عليهِ من نعمةٍ تربُّها ؟ قالَ : لا ، غيرَ أنِّي أحببتُهُ في اللَّهِ عزَّ وجلَّ ، قالَ : فإنِّي رسولُ اللَّهِ إليكَ ، بأنَّ اللَّهَ قد أحبَّكَ كما أحببتَهُ فيهِ. (رواه مسلم).

Artinya: "Pernah ada seseorang pergi mengunjungi saudaranya di daerah yang lain. Lalu Allah pun mengutus Malaikat kepadanya di tengah perjalanannya. Ketika mendatanginya, Malaikat tersebut bertanya: "Engkau mau kemana?" Ia menjawab: "aku ingin mengunjungi saudaraku di daerah ini". Malaikat bertanya: "apakah ada suatu keuntungan yang ingin engkau dapatkan darinya?" Orang tadi mengatakan: "Tidak ada, kecuali karena aku mencintainya karena Allah 'Azza wa Jalla." Maka malaikat mengatakan: "Sesungguhnya aku diutus oleh Allah kepadamu untuk mengabarkan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu karena-Nya." (HR Muslim no. 2567).

Ternyata kunjungan yang dibangun atas dasar saling cinta karena Allah, bukan karena mengharapkan sesuatu yang bersifat duniawi dari kunjungan itu, semisal meminta uang, mau berhutang, menagih hutang dan lain sebagainya, semua itu akan menyebabkan datangnya cinta Allah kepada yang berkunjung. Betapa mulia dan nyamannya pertemanan dan silaturahim yang dibangun atas dasar cinta karena Allah, bukan karena motiv materi.

𝗠𝗲𝗻𝗴𝗴𝗮𝗽𝗮𝗶 𝗸𝗲𝗺𝘂𝗹𝗶𝗮𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗮𝗸𝗵𝗶𝗿𝗮𝘁

Berteman dan berukhuwwah dengan baik dalam bentuk saling mengunjungi dan menjalin keakraban tidak saja untuk kebaikan di dunia. Melainkan juga untuk mendapatkan kemuliaan di akhirat kelak. Sebab Allah Swt menjanjikan balasan surga bagi orang yang mengunjungi saudara atau temannya karena Allah. Rasulullah Saw bersabda: 

مَنْ عَادَ مَرِيْضًا، أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ : أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا. (رواه الترميذي).

Artinya: "barangsiapa yang menjenguk orang sakit, atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka kelak akan diserukan kepadanya: 'engkau telah beruntung dan telah beruntung pula langkahmu, dan dibangunkan bagimu rumah di surga.'" (HR. At Tirmidzi 2008).

Orang-orang yang saling mengunjungi di dunia, lalu mereka menggunakan kesempatan itu untuk saling memberi nasehat dalam kebaikan, berbagi pengalaman, bertolong-tolongan, mereka itu di Akhirat kelak akan memperoleh posisi yang yang terhormat di sisi Allah. Posisi mereka itu dicemburui oleh para Nabi dan orang-orang shaleh. Rasulullah Saw bersabda:

حَقَّتْ مَحَبَّتِي عَلىَ الْمُتَحَابِّيْنَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَنَاصِحِيْنَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي عَلىَ الْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي عَلَى الْمُتَبَاذِلِيْنَ فِيَّ وَهُمْ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُوْرٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالصِّدِّيقُوْنَ بِمَكَانِهِمْ. (رواه ابن حبان).

Artinya: "Berhak mendapatkan kecintaanKu, orang yang saling mencintai karena Aku. Berhak mendapatkan kecintaanKu, orang yang saling menasehati karena Aku. Berhak mendapatkan kecintaanKu, orang yang saling mengunjungi karena Aku. Berhak mendapatkan kecintaanKu, orang yang saling memberi karena Aku. Mereka akan berada di mimbar-mimbar dari cahaya yang membuat iri para Nabi dan orang-orang shalih terhadap tempat mereka itu." (HR. Ibnu Hibban 577).

Artinya, berteman dan berukhuwwah di dunia adalah cikal bakal untuk berdekatan di surga Allah Swt di tempat-tempat yang terhormat lagi mulia. Wallahu A'laa wa A'lam.

Komentar