MENCARI TANDA QABUL

*MENCARI TANDA QABUL*

Oleh: Irsyad Syafar

Setiap orang bekerja pasti mengharapkan hasil. Petani bekerja di sawah adalah mengharapkan panen yang baik. Pedagang berjualan di pasar adalah untuk mendapatkan untung dan laba. Tukang dan buruh bekerja di pabrik atau perusahaan adalah untuk mendapatkan upah memadai. Pegawai bekerja juga mengharapkan gaji yang baik. Begitulah semua jenis pekerjaan.

Dalam konteks beribadah, maka orang-orang beriman pasti mengharapkan sesuatu dari amal shalehnya. Yaitu mengharapkan diterimanya amal shalehnya oleh Allah. Rasulullah saw kalau selesai shalat shubuh sering berdoa memohon kepada Allah, "Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima...". (HR Ibnu Majah). Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail saat membangun Ka'bah juga memohon kepada Allah, "Ya Tuhan kami, terimalah amal shaleh dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui... " (QS Al Baqarah: 127)

Dahulu kala, di masa anak-anak Adam, Allah memperlihatkan amalan yang diterima atau tidak. Ketika dua orang anak nabi Adam, Qabil dan Habil bersaing untuk menikahi kembaran salah satu mereka yang perempuan. Kembaran Qabil lebih cantik dari pada kembaran Habil. Tetapi nabi Adam tidak menyetujui keinginan anaknya tersebut. Beliau meminta keduanya berqurban kepada Allah. Siapa yang diterima qurbannya (amalannya), dialah yang berhak menikahi perempuan tersebut. 

Adapun Habil, ia adalah seorang peternak. Ia berqurban seekor ternak yang gemuk dan yang terbaik. Sedangkan Qabil adalah seorang petani. Dia berikan qurbannya dari tanamannya yang buruk. Setelah itu masing-masing qurban diletakkan di atas bukit. Mereka menunggu qurbannya di terima. Ternyata api menyambar qurbannya Habil dan tidak menyentuh qurbannya qabil. Itu pertanda qurban Habil yang diterima. Qabil sangat marah dan membunuh adiknya, agar tidak bisa menikahi kembarannya.. (Kisah mereka dalam tafsir Ibnu Katsir tentang QS Al Maidah: 27)

Begitulah Allah memperlihatkan langsung bukti diterimanya sebuah amalan. Namun, kita saat ini tidak akan mampu memastikan sebuah amal atau ibadah kita telah diterima Allah atau belum. Akan tetapi kita bisa mencari atau melihat tanda-tandanya. Cukup banyak tanda-tanda sebuah amalan sudah "maqbul" disisi Allah.

*Tanda yang pertama*, terkabulnya doa oleh Allah Swt. Orang yang amalnya diterima oleh Allah Swt, jika berdoa, do'a yang ia panjatkan langsung menembus dinding-dinding langit, sehingga Allah Swt mendengar dan menerimanya. Hal ini sebagaimana yang diceritakan oleh Rasulullah saw, tentang tiga orang yang terjebak dalam gua dan mereka masing-masing berdoa dengan berwasilah kepada amal ibadahnya yang telah berlalu. Doa mereka terkabul karena amalan mereka diterima Allah. Sehingga batu besar yang menutup goapun bergeser dan mereka dapat keluar dengan selamat.

*Tanda kedua* yaitu banyaknya manusia yang mencintai dirinya. Hal ini dimungkinkan karena Allah mencintai orang tersebut karena amal ibadahnya, sehingga kemudian mengkondisikan manusia untuk senang, mencintai dan menghargai orang tersebut. Dalam haditsnya Rasulullah menjelaskan:

"Sesungguhnya Allah jika mencintai seorang hamba, Dia memerintah Jibril As untuk menyeru penduduk langit, "Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah Swt mencintai si Fulan, maka cintailah dia". Maka penduduk langit pun mencintai Fulan dan di bumi semua orang menerimanya." (HR Bukhari dan Muslim).

*Tanda ketiga* adalah senang dan bersemangat melakukan amal saleh. Karena hatinya telah semakin bersih dan keimanannya terus bersemi, sehingga ia senantiasa terdorong untuk berbuat baik. Tampak nyata dalam dirinya telah bertambahnya hidayah Allah. 

Allah Swt menyatakan dalam firmanNya:

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ (17).

Artinya: "Dan orang-orang yang telah mendapat hidayah, Allah tambahkan hidayah baginya, dan kami berikan ketaqwaan kepadanya". (QS Muhammad: 17). 

Maka setelah Ramadhan berlalu, shalatnya semakin terjaga, puasa sunat syawal dapat dituntaskan, infaq dan sedekah terus berlanjut, dzikirnya semakin baik, akhlaknya semakin mulia, jiwanya semakin pemurah.

*Tanda keempat* adalah tidak kembali berbuat dosa setelah mengerjakan ketaatan. Karena itu menandakan hatinya belum bersih, jiwanya belum suci. Dan kembali berbuat dosa merupakan tanda kebinasaan dan kerugian yang nyata. Bila selepas Ramadhan, shalatnya mulai kembali lalai, maksiat kembali digeluti, berbohong menjadi ringan, makanan haram tidak dihindari, maka ini alamat ibadah tidak maqbul disisi Allah. 

Yahya bin Mu'adz seorang senior tabi'in mengatakan, "Siapa yang beristighfar dengan lidahnya, tapi hatinya bertekad untuk bermaksiat dan azamnya kembali kepada dosa, maka puasanya tertolak darinya, dan pintu diterimanya amalan tertutup di depannya".

*Tanda kelima* adalah mencintai orang-orang shaleh dan keshalehan, serta membenci kemaksiatan dan pelakunya. Lebih banyak bergaul dan berinteraksi dengan lingkungan yang baik serta menghindari "keakraban" dengan lingkungan yang rusak. Sebab ibadahnya telah membuahkan keimanan yang kuat di dalam dada. Dan iman yang benar akan memberikan loyalitas (wala') kepada sesama mukmin serta berlepas diri (bara') dari orang-orang kafir ataupun pendosa.

Allah berfirman yang artinya: "Sesungguhnya penolong (wali) kalian hanyalah Allah dan RasuluNya serta orang-orang yang beriman. (yaitu) yang menegakkan shalat, membayarkan zakat dan mereka tunduk kepada Allah. Barang siapa yang memberikan loyalitas (wala') kepada Allah, RasulNya dan orang-orang beriman, maka sungguh para pengikut Allah merekalah orang-orang yang menang". (QS Al Maidah: 55 – 56).

Banyak lagi tanda-tanda sebuah amalan diterima oleh Allah SWT. Semakin bersih hati seorang mukmin, semakin terasa baginya pengaruh ibadah yang dilakukannya. Seluruh atau sebagian dari tanda-tanda tersebut, untuk kita cari dan kita hadirkan dalam diri kita. Tidak untuk kita cocokkan dengan orang lain. Sebab kita tidak akan ditanya tentang amalan mereka. 

Apabila kita menemukan sebagian atau seluruh tanda-tanda tersebut, maka mari kita bersyukur kepada Allah Swt. Jika tidak, segera kita memohon ampun kepadaNya dan menjemput amal shaleh berikutnya, mengejar ketertinggalan, menutupi kekurangan dan kealpaan kita.

Wallahu A'laa wa A'lam.

Komentar