DEKAT DENGAN ALLAH dan DEKAT DENGAN KA'BAH

*DEKAT DENGAN ALLAH dan DEKAT DENGAN KA'BAH*

Oleh: Irsyad Syafar

Dekat dekat Ka'bah bisa dibeli dengan uang. Bila anda punya banyak uang, anda bisa ambil kamar hotel di depan pelataran Masjidil Haram. Begitu keluar pintu hotel, anda sudah langsung berada di halaman Masjidil Haram. Bahkan dari kamarpun anda sudah bisa melihat Ka'bah dengan jelas.

Begitulah suasana Masjidil Haram kalau sudah di bulan Ramadhan. Penuh sesak, rapat dan padat manusia yang beribadah. Apalagi di sepuluh malam terakhir. Praktis yang bisa "dekat" dari Ka'bah adalah orang-orang yang mampu mengambil kamar di hotel-hotel elit di depan Masjidil Haram. Harganya tentu sangat fantastis. Puluhan bahkan ratusan juta rupiah harga satu kamarnya.

Bahkan, para pejabat tinggi negara, pada momen tertentu bisa dapat fasilitas masuk ke dalam Ka'bah. Dikawal dengan ketat, disediakan jalur khusus untuk masuk, dan kemudian bisa shalat sunat di dalam dengan sangat nyaman. Beberapa Presiden (pemimpin) negara Islam sudah "merasakan" fasilitas ini.

Namun, dekat dengan Ka'bah tidak serta merta dekat pula dengan Allah Swt. Ini urusan lain, dan tidak bisa dibeli dengan uang. Kedekatan kepada Allah bukan karena berada dekat dengan Ka'bah. Kedekatan dengan Allah adalah buah dari ibadah kepadaNya secara maksimal dan berkualitas. Ibadah yang dikerjakan penuh ikhlas, mentauhidkanNya dan terbebas dari nilai-nilai duniawi, walaupun berada sangat jauh dari Ka'bah itu sendiri.

Rumusnya sudah ada Allah Ta'alaa sampaikan dalam hadits Qudsi yang shahih:

وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيءٍ أحبَّ إليَّ ممَّا افترضتُ عليه ، وما يزالُ عبدي يتقرَّبُ إليَّ بالنَّوافلِ حتَّى أُحبَّه.

Artinya: "Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (amal shaleh) yang lebih Aku cintai dari pada amal-amal yang Aku wajibkan kepadanya (dalam Islam), dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal tambahan (yang dianjurkan dalam Islam) sehingga Aku-pun mencintainya." (HR Bukhari).

Maksudnya, anda sangat bisa menjadi dekat dengan Allah Swt dengan cara menunaikan ibadah-ibadah wajib dengan sebaik mungkin, lalu memperbanyak ibadah-ibadah sunat. Maka anda akan menjadi kekasih Allah Swt dengan fasililitas-fasilitas khusus dariNya, berupa pertolongan dan pembelaanNya.

Karenanya, jangan pernah putus asa atau berkecil hati kalau belum pernah atau belum berada dekat dengan Ka'bah. Yang penting adalah dekat dengan Allah Swt. Dan perlu digaris bawahi, sebesar apapun ibadah itu, kalau tidak ikhlas karena Allah, tidak akan diterimaNya. Bahkan bisa menjadi penyebab masuk neraka. Dan sekecil apapun ibadah itu, tapi sangat ikhlas, maka itulah yang diterimaNya dan menjadi penyelamat di akhirat kelak. Allah Ta'ala berfirman:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya: "Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (QS. Az-Zumar: 65).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Artinya: "Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman, "Aku tidaklah butuh adanya sekutu-sekutu. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal dalam keadaan menyekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkannya dan perbuatan sekutunya itu.'" (HR. Muslim no. 7666).

Oleh karena itu, apabila ada orang yang rajin shalat, rajin berpuasa, berhaji dan umrah ke Baitullah, namun itu semua dikerjakan bukan demi Allah semata, demi konten, demi status, prestise atau kepentingan dunia lainnya, tentu semua ibadah itu tidak akan berbuah dekatnya kepada Allah. Wallahu A'lam bishshawab.

Komentar