PESAN UNTUK KADER DAKWAH : MENUJU RAKERNAS, RAKERWIL DAN RAKER

🪴🪴🪴🌹🪴🪴🪴

*PESAN UNTUK KADER DAKWAH : _MENUJU RAKERNAS, RAKERWIL DAN RAKERDA_*

Oleh: Cahyadi Takariawan


Ustadz Hilmi Aminuddin pernah berpesan, bahwa keseluruhan energi, semangat dan antusiasme kader dakwah dalam menjalankan musyawarah, harus bermuara pada orientasi ukhrawi. Ini akan menjamin ketersambungan semua agenda dan program dakwah kita, dengan Allah Ta'ala.

Allah telah berfirman,

فَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۚ ۝٣٦

"Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal" (QS. Asy-Syura: 36).

وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۚ ۝٣٨

...dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka" (QS. Asy-Syura: 38).

Mengkaji keterkaitan dua ayat ini, ustadz Hilmi Aminuddin memberikan bingkai yang sangat penting bagi semua kader dakwah. "Jika kita cermati dari Al-Qur'an surat Asy-Syura ayat ke 38 yang dijadikan landasan syura, didahului dengan ayat 36 dari surat Asy-Syura," ungkap ustadz Hilmi Aminuddin.

"Ayat ke 36 ini menjelaskan bahwa orientasi kita bukanlah orientasi duniawi atau jabatan –baik jabatan partai, jabatan publik maupun jabatan kenegaraan", jelas beliau.

"Orientasi kita dilandasi keyakinan وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ . Allah telah menjanjikan sesuatu yang jauh lebih baik dan lebih kekal dari hal yang ada di dunia berupa harta, kekayaan, jabatan, popularitas, fasilitas, dan lain-lain," sambung beliau.

Dengan kelurusan orientasi ini, membuat semua yang kita lakukan bermakna dan bernilai di hadapan Allah. Tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang merugi, tidak ada yang hampa. Semua berbuah pahala, semua berbuah ridha, dan menjadi jalan lempang menuju surga.

Agar kita semua terhindari dari fenomena "akhsaruna a'mala". Yaitu mereka yang sibuk dengan berbagai program dan kegiatan, dan meyakini bahwa semua kesibukan tersebut sudah menjadi kegiatan terbaik. Ternyata justru menjadi amal yang sia-sia dan tak bermakna di hadapan Allah Ta'ala.

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًاۗ ۝١٠٣

Katakanlah (Nabi Muhammad), "Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?" (QS. Al-Kahfi : 103).

اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا ۝١٠٤

"(Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya" (QS. Al-Kahfi : 104).

Semoga Allah bimbing musyawarah dan semua agenda dakwah kita menjadi amal salih yang berbuah kebaikan di dunia dan di akhirat. Berbuah ridha dan ampunanNya. Berbuah surga dengan segala kenikmatan yang "khairun wa abqa". Aamiin.

Referensi:
*) KH. Hilmi Aminuddin, Bekal untuk Kader Dakwah, 2010.🪴🪴🪴🌹🪴🪴🪴

*PESAN UNTUK KADER DAKWAH : _MENUJU RAKERNAS, RAKERWIL DAN RAKERDA_*

Oleh: Cahyadi Takariawan


Ustadz Hilmi Aminuddin pernah berpesan, bahwa keseluruhan energi, semangat dan antusiasme kader dakwah dalam menjalankan musyawarah, harus bermuara pada orientasi ukhrawi. Ini akan menjamin ketersambungan semua agenda dan program dakwah kita, dengan Allah Ta'ala.

Allah telah berfirman,

فَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۚ وَمَا عِنْدَ اللّٰهِ خَيْرٌ وَّاَبْقٰى لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۚ ۝٣٦

"Apa pun (kenikmatan) yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kesenangan hidup di dunia. Sedangkan apa (kenikmatan) yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal" (QS. Asy-Syura: 36).

وَالَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِرَبِّهِمْ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَۖ وَاَمْرُهُمْ شُوْرٰى بَيْنَهُمْۖ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۚ ۝٣٨

...dan orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan shalat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka" (QS. Asy-Syura: 38).

Mengkaji keterkaitan dua ayat ini, ustadz Hilmi Aminuddin memberikan bingkai yang sangat penting bagi semua kader dakwah. "Jika kita cermati dari Al-Qur'an surat Asy-Syura ayat ke 38 yang dijadikan landasan syura, didahului dengan ayat 36 dari surat Asy-Syura," ungkap ustadz Hilmi Aminuddin.

"Ayat ke 36 ini menjelaskan bahwa orientasi kita bukanlah orientasi duniawi atau jabatan –baik jabatan partai, jabatan publik maupun jabatan kenegaraan", jelas beliau.

"Orientasi kita dilandasi keyakinan وَمَا عِندَ ٱللَّهِ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ . Allah telah menjanjikan sesuatu yang jauh lebih baik dan lebih kekal dari hal yang ada di dunia berupa harta, kekayaan, jabatan, popularitas, fasilitas, dan lain-lain," sambung beliau.

Dengan kelurusan orientasi ini, membuat semua yang kita lakukan bermakna dan bernilai di hadapan Allah. Tidak ada yang sia-sia, tidak ada yang merugi, tidak ada yang hampa. Semua berbuah pahala, semua berbuah ridha, dan menjadi jalan lempang menuju surga.

Agar kita semua terhindari dari fenomena "akhsaruna a'mala". Yaitu mereka yang sibuk dengan berbagai program dan kegiatan, dan meyakini bahwa semua kesibukan tersebut sudah menjadi kegiatan terbaik. Ternyata justru menjadi amal yang sia-sia dan tak bermakna di hadapan Allah Ta'ala.

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْاَخْسَرِيْنَ اَعْمَالًاۗ ۝١٠٣

Katakanlah (Nabi Muhammad), "Apakah perlu kami beri tahukan orang-orang yang paling rugi perbuatannya kepadamu?" (QS. Al-Kahfi : 103).

اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا ۝١٠٤

"(Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya" (QS. Al-Kahfi : 104).

Semoga Allah bimbing musyawarah dan semua agenda dakwah kita menjadi amal salih yang berbuah kebaikan di dunia dan di akhirat. Berbuah ridha dan ampunanNya. Berbuah surga dengan segala kenikmatan yang "khairun wa abqa". Aamiin.

Referensi:
*) KH. Hilmi Aminuddin, Bekal untuk Kader Dakwah, 2010.

Komentar