*WALI YANG ASLI*
Oleh: Irsyad Syafar
Adakah yang ragu akan "kewalian" Abu Bakar Ash Shidduq ra? Kalau ada yang meragukannya, maka siapapun setelah Abu Bakar tidak ada yang layak menyandang label sebagai Wali Allah. Sebab, sebagai prasyarat sebagai wali Allah ada dalam diri Abu Bakar ra.
Beliau adalah manusia terbaik umat ini setelah Rasulullah Saw. Beliau telah dijamin oleh Rasulullah Saw sebagai orang pertama dari 10 Sahabat yang pasti masuk surga. Beliau pula lelaki dewasa pertama yang beriman kepada Rasulullah dan Khalifah pertama pengganti Rasulullah. Beliaulah yang dipuji Allah dalam surat At Taubah saat di gua Tsur menemani Rasulullah hijrah ke Madinah.
Dengan segala kemuliaan yang dianugerahkan Allah untuknya, ternyata Abu Bakar sangat takut akan jatuh kepada kesalahan dan kesesatan. Beliau pernah berkata setelah wafatnya Rasulullah, ketika menjadi Khalifah:
لَسْتُ تَارِكًا شيئًا كانَ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ يَعْمَلُ به، إلَّا عَمِلْتُ به، إنِّي أَخْشَى إنْ تَرَكْتُ شيئًا مِن أَمْرِهِ أَنْ أَزِيغَ. (رواه البخاري و مسلم).
Artinya: "Aku takkan meninggalkan satupun yang pernah diamalkan oleh Rasulullah Saw, melainkan aku akan mengerjakannya. Aku takut jika aku tinggalkan satu saja dari perintahnya, aku akan tersesat." (HR Bukhari dan Muslim).
Betapa tawadhuknya seorang Abu Bakar yang sudah mencapai derjat wali, tapi dia tetap cemas akan tersesat dan tidak merasa dirinya sudah aman. Padahal beliau sudah dijamin pasti masuk surga.
*****
Adakah yang meragukan "kewalian" Umar bin Khattab? Kalau ada yang ragu bahwa Umar adalah Wali Allah, maka siapapun setelah Beliau tidak ada yang layak menyandang gelar tersebut. Sebab Umar memiliki prasyarat yang lengkap untuk label tersebut. Sementara orang-orang setelahnya jauh di bawahnya.
Umar bin Khattab adalah salah satu dari 10 yang sahabat yang dikabari Rasulullah masuk surga, selalu ikut dalam jihad Rasulullah sampai wafatnya Baginda Nabi. Beliau seorang yang tegas lagi keras dalam kebenaran tapi zuhud dalam kehidupan, sangat takut kepada Allah Swt dan sangat ketat dalam standar kehati-hatian untuk dirinya sendiri. Imannya kepada Allah sangat kuat sehingga syetan-pun takut menempuh jalan yang dilewati Umar. Dan cukup sering ayat-ayat Al Quran turun bersesuaian dengan ide atau pikiran Umar bin Khattab.
Umar meraih cita-citanya yang dia minta kepada Allah untuk mati syahid di jalanNya dan di dalam kota Madinah. Namun segala kemuliaan dan "karamah" yang Allah berikan kepadanya, sampai ajal mendatanginya, Umar tetap khawatir bila Allah tidak mengampuninya. Detik-detik menjelang wafatnya, ia berkata:
ويلي وويل أمي إن لم يرحمني ربي . ( حلية الأولياء).
Artinya: "Celakalah aku, celakalah ibuku, jika Tuhanku tidak merahmatiku." (Kitab Hulyatul Auliya).
*****
Kedua manusia mulia setelah Rasulullah Saw tersebut sudah pasti seorang Wali Allah. Tapi keduanya tak pernah merasa atau menganggap sudah aman di hadapan Allah. Padahal jaminan masuk surga sudah mereka dapatkan dari Rasulullah Saw saat mereka masih hidup. Itulah sifat dan karakter Wali Allah yang asli.
Adapun orang-orang yang hidup setelah mereka, tak bertemu sama sekali dengan Rasulullah, dan juga tidak ada mendapat jaminan surga, maka mereka jauh lebih tidak aman lagi. Jangankan akan membantu orang lain di hadapan Allah, untuk diri mereka sendiri saja mereka tak punya kekuatan apa-apa. Naif sekali bila ada yang menggantungkan nasibnya kepada mereka.
*****
Yang menulis ini jelas bukan wali. Sangat jauuuuh dari syarat-syarat wali. Paling tinggi hanya jadi wali murid. Wali kelaspun belum pernah. Hanya hamba yang faqir yang sangat berharap ampunan dan rahmat dari Allah.
أَلَآ إِنَّ أَوْلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ.
Artinya: Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa." (QS Yunus: 62-63).
Komentar
Posting Komentar